Alhamdulillah tahun ini buah berlimpah ruah di Kalimantan, Sampit khususnya ya. Dari tiwadak, manggis, rambutan, langsat, sampai durian semua jadi murraahh meriah, termasuk durian satu ini, Karatungan aka Durian Hutan.
Durian Langka
Well gaes, durian ini cukup langka, kalau ada pun harganya mahal. But, karena musim buah tahun ini melimpah ruah, Durian Hutan banyak dijual, harganya pun murah meriah.
Kabarnya durian yang ane makan ini berasal dari Kecamatan Mentaya Hulu (Kuala Kuayan ibu kotanya), sebuah wilayah yang masih kaya akan kealamiannya. Btw, Durian Hutan bakal muncul saat musim durian lain mulai pudar.
Kecil Mungil
Baru kali ini ane cicip Karatungan yang direkom banget sama orang-orang tua. Beda dengan durian biasa, ukurannya lebih kecil, seperti kepala balita. Durinya pun panjang-panjang dan rapat, warnanya hijau agak tua.

Konon, cara memakannya dengan membelah bagian tengah buah (melintang). Ini karena Karatungan biasa dimakan saat belum matang sempurna. But, beruntungnya ane dapat yang matang sempurna. Jadi tinggal dibelah saja mengikuti alur kulit seperti durian pada umumnya.
Manis Adem
Rasanya? Hummm manis nis nis nis kayak makan durian ditambah gula. Manis legit dan menariknya, durian ini tidak menimbulkan sensasi panas seperti durian biasa.
Saat makan durian lain suhu di perut dan mulut naik seperti sedang panas dalam, tapi tidak dengan Karatungan. Rasanya cenderung dingin.

Biji Durian Hutan lebih kecil dari durian umumnya. Daging lunaknya cukup tebal dan lembut. Satu “kamar” berisi satu sampai tiga buah.
Well, ane patut bersyukur bisa menikmati Durian Hutan tahun ini. Harganya 10 ribu per biji, padahal normalnya sekitar 25 ribu per biji.

Freelance writer genre fiksi dan nonfiksi.